Ditulis oleh ; Husnul Affan
Suatu saat dalam perjalanan saya bersama teman saya yang menggeluti bidang tafsir dan sains terjadi diskusi yang serius dan menarik. Yaitu diskusi mengenai peredaran matahari dan bulan.
Hal ini muncul ketika mentadabburi ayat 189 dalam surat Al-Baqarah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الْاَ هِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَا قِيْتُ لِلنَّا سِ وَا لْحَجِّ ۗ …”
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji… “
Dari sini muncul pertanyaan saya, “Mengapa umat Islam dahulu pada zaman sahabat membuat kalender Islam, atau kalender Hijriyah yang mengacu pada peredaran bulan. Sedangkan pada saat itu telah ada kalender masehi yang sudah berjalan dan sudah dipakai berabad-abad? “.
Setelah saya membaca beberapa tafsiran ayat tersebut, saya menuju kepada sebuah pemahaman, bahwa kalender Hijriyah adalah kalender ibadah umat Islam. Hal ini berdasarkan ayat di atas bahwasannya Allah meminta Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang bulan agar menjawab bahwa bulan adalah waktu untuk manusia dan haji. Dan jika kita perhatikan, segala ritual umat Islam selalu mengacu kepada bulan, selain 5 waktu shalat. Utamanya adalah Puasa (ramadhan, sha’ban, Muharram, Arafah dsb), dan haji.
Kemudian beberapa hari kemarin saya mengikuti kajian Gus Baha’ melalui media sosial. Beliau mengatakan bahwa peredaran bulan itu tidak pasti, Allah selalu memberi tebak-tebakan mengenai awal bulan. Karena mau tidak mau kita harus menentukan awal bulan karena sangat berpengaruh terhadap waktu peribadatan umat Islam.
Sehingga untuk menentukan awal bulan tersebut, nabi mengajarkan 2 metode, yaitu melihat hilal (bulan baru) dan menghitung. Adapun ketika kita tidak dapat melihat (karena tidak memiliki alat atau belum memiliki ilmunya) maka kita diajarkan untuk menghitung. Adapun menghitung sendiri juga memiliki perbedaan dalam penghitungan nantinya, karena penghitungan tersebut harus dimulai ketika tanggal 15 atau ketika bulan purnama. Karena fase yang paling dapat diamati secara sempurna oleh mata manusia adalah ketika fase purnama.
Jadi, kedua metode tersebut tetap memiliki potensi perbedaan dalam menentukan awal bulan. Namun, selama kita menggunakan salah satu dari dua metode tersebut, kita tetap sesuai dengan apa yang diajarkan nabi.
Begitu Agung nya satu rahasia dari jutaan rahasia peredaran matahari dan bulan. Peredaran matahari Allah jadikan waktu untuk manusia bekerja dan bersosial dengan manusia, peredaran bulan Allah jadikan untuk ibadah serta mendekatkan diri kepada Sang Pengatur Alam. Hal ini tentunya akan sangat memudahkan manusia dalam mengatur waktu yang disebut dalam kata mutiara waktu bagaikan pedang. WalLāhu A’lam bi al-Showāb…